Press "Enter" to skip to content

Terapkan Pendidikan Karakter dari Sekarang!

Pendidikan karakter merupakan tombak dari edukasi yang mumpuni. Tanpa adanya pendidikan karakter, manusia tak akan bersikap layaknya manusia.

Menurut Thomas Lickona, pendidikan karakter merupakan cara agar seseorang dapat memahami, memperhatikan, sekaligus melakukan ajaran-ajaran baik dalam kehidupan sehari-hari.

Semakin awal cara ini diterapkan, maka akan semakin baik hasilnya nanti.

***

Di Jepang ada kegiatan untuk membina karakter siswa, dinamakan doutoku-kyoiku. Hal ini dilangsungkan dari mulai jenjang SD hingga jenjang SMA. Karakter yang ditanamkan tentu saja bermakna positif.

Dalam pendidikan ini, siswa-siswi di Jepang mempelajari 4 aspek utama yang meliputi diri sendiri, orang lain, alam, dan sesama. Ini merupakan aspek yang sangat penting, karena sebagai manusia, kita tak dapat hidup sendirian.

Pendidikan moral yang tinggi ini melahirkan generasi-generasi Jepang yang menjunjung tinggi ketekunan, keuletan, ketepatan waktu, dan kerja keras. Kita semua pasti sudah mengenal, kalau orang Jepang pasti memiliki watak-watak teladan tersebut.

Di ujung dunia lainnya, ada Finlandia yang hanya menerapkan 4-5 jam saja untuk anak bersekolah. Sistem pendidikan yang tergolong santai ini, ternyata dapat melahirkan masyarakat yang berkarakter mumpuni.

Edukasi di Finlandia lebih menekankan pada pendidikan karakter yang universal. Mereka tidak menakut-nakuti anak akan masa depan. Pula, mereka tidak “menyuapi” ilmu pengetahuan, namun mengajak berpikir secara kritis bersama-sama.

Semua anak yang bersekolah dianggap sama, tanpa dibeda-bedakan dari tingkat kecerdasannya seperti di Indonesia. Ditambah, kebanyakan sekolah di sana dibiayai pemerintah, sehingga anak bisa menempuh jenjang pendidikan setinggi-tingginya.

***

Bagaimana dengan pendidikan di Indonesia?

Seperti yang kita ketahui, para siswa di negara ini lebih ditekan oleh tuntutan prestasi akademik. Misalnya, sekarang kelas 1 SD saja sudah diajari materi matematika yang seharusnya didapatkan di kelas 4 atau 5. Begitupun dengan mata pelajaran lainnya.

Baca juga:  MED Maranatha: Optimis Melahirkan Generasi Berbagi

Ya sebetulnya, tidak ada salahnya sih, jika ingin menerapkan sistem seperti itu. Namun, kita juga harus melihat kesiapan para siswa. Belum lagi, sumber daya manusia yang belum mumpuni pun dapat berpengaruh pada pembelajaran.

Alangkah lebih baik jika kita banyak menerapkan pendidikan moral pada anak sedini mungkin. Misalnya, kita ajarkan mereka untuk berbaris dalam antrean. Dengan begitu, mereka tak akan menyalip barisan, karena sudah terbiasa melakukan hal yang baik.

Atau, kita dapat ajarkan mereka cara berbicara dan bersikap yang baik kepada orang lain. Kita bisa ajarkan mereka bahwa manusia lahir secara berbeda dan kita harus menghargai satu sama lain. Yakinlah, mereka pasti akan tumbuh menjadi pribadi yang baik dan santun.

Belum lagi dengan terbuka luasnya pintu globalisasi di zaman sekarang, anak-anak rawan menerima informasi yang tidak seharusnya mereka dapatkan. Ini menjadi tantangan yang harus kita cari solusinya.

Maka dari itu, pendidikan karakter krusial untuk diterapkan mulai saat ini. 

Foto: Panji S/Gogoho