Hari Minggu malam (6/12), sebanyak 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 yang berasal dari Tiongkok resmi tiba di Indonesia.
Vaksin yang merupakan dosis untuk tahapan pertama itu, diangkut dengan pesawat kargo khusus dengan rute penerbangan Jakarta-Beijing-Jakarta. Pemerintah Tiongkok menyebut bahwa untuk sementara waktu tidak melayani permintaan yang diajukan negara lain dan memprioritaskan Indonesia.
Asisten Menteri Luar Negeri RRT, Wu Jianghao, dalam pertemuan dengan Duta Besar RI untuk RRT, Djauhari Oratmangun di Beijing, Rabu (9/12) menegaskan hal tersebut.
Uji klinis fase ketiga untuk vaksin ini diklaim telah menunjukkan hasil yang memuaskan. Saat ini vaksin tinggal menunggu persetujuan untuk dipasarkan di Tiongkok.
“Selama menunggu persetujuan tersebut, kami tidak melayani permintaan dari negara lain, kecuali yang sudah tiba di Indonesia karena memang telah menjadi prioritas kami,” ungkap Wu dikutip Antara.
Wu menambahkan pengiriman tahap pertama vaksin corona buatan Sinovac, perusahaan biofarmasi Beijing ini, sesuai dengan komitmen Presiden Xi Jinping kepada Presiden Joko Widodo yang telah disepakati sebelumnya. Vaksin buatan Sinovac ini juga telah diuji secara klinis di Bandung sejak Agustus lalu.
Para peneliti Tiongkok telah meneliti galur genetis virus Covid-19, dengan kesimpulan bahwa vaksin buatan Sinovac ini dinilai lebih efektif untuk varian yang banyak ditemukan di Tiongkok dan Asia Tenggara, yang termasuk galur paling awal pandemi Covid-19.
Ini menjadi alasan utama mengapa Indonesia, dengan kasus aktif yang cukup besar di Asia Tenggara, wajar menjadi prioritasnya.
Dari laporan di dua pengujian sebelumnya, terlihat bahwa vaksin ini memiliki antibodi penetral yang lebih rendah dibandingkan yang dihasilkan plasma konvalensen. Namun, vaksin Sinovac diklaim masih tetap mampu memberikan perlindungan terhadap Covid-19. Ia mampu menginduksi pembentukan antibodi penetral. Dosis 3 mikrogram ditetapkan sebagai dosis untuk uji tingkat keampuhan pada fase akhir.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa respons antibodi yang dihasilkan dari infeksi alami keluarga virus Corona, misalnya pada Covid-19, SARS dan MERS, dapat menurun secara substansial dari waktu ke waktu, namun pasien jarang dilaporkan mengalami infeksi kembali. **RS
Foto: Unsplash