Press "Enter" to skip to content

Tempe Bisa Tembus Pasar Dunia untuk Alternatif Daging

“Di Meksiko, kami menuliskan Un regalo de Indonesia para el mundo: tempe hadiah Indonesia untuk dunia. Bahkan, di sana sudah ada taco dengan bahan tempe.”

Rustono begitu bersemangat menceritakan pengalamannya merintis usaha tempe di negeri Sombrero. Setelah sukses dikenal sebagai perintis usaha tempe di Jepang dan Tiongkok, ia kini merambah wilayah tengah benua Amerika tersebut.

Cerita itu disampaikan Rustono saat menjadi pembicara dalam seminar virtual Pelestarian Budaya Tempe dari Tanah Jawa Menuju Pengakuan UNESCO yang bagian pertamanya diselenggarakan awal Juli lalu. Acara ini digelar Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI dengan Learn Business Anywhere serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.

Dalam seminar bagian kedua yang berlangsung Jumat lalu (17/7), Konsul Jenderal RI di New York Arifi Saiman juga mengatakan tempe dapat menjadi produk yang berpeluang juga untuk diekspor ke Amerika serikat sebagai produk alternatif daging

Grand View Research, dalam catatan Arifi, telah mendata dan memprediksi tempe sebagai salah satu jenis makanan yang masuk produk alternatif daging di pasar global.

Penjualan produk alternatif daging di negeri Paman Sam diketahui meningkat 53 persen pada akhir April hingga pertengahan Mei 2020. Selain karena gangguan pada pasokan daging akibat Covid-19, kondisi ini juga disebabkan peningkatan kesadaran kesehatan masyarakat AS.

”Produk alternatif daging, termasuk tempe, memiliki prospek jangka panjang untuk menjadi salah satu menu baru warga Amerika Serikat,” ungkap Arifi.

tempe goreng

Para pelaku usaha Indonesia yang ingin menembus pasar alternatif daging di Amerika Serikat ini disarankan tidak mengekspor tempe mentah. Sebab proses perizinan yang cukup lama menjadi kendala untuk awetnya rasa dan tekstur tempe.

Baca juga:  Tra Perlu Kaya, Mama Dessi Sumbang Sayur Satu Noken Atasi Covid-19

Namun, dalam diskusi sejumlah peserta seminar mengkritisi kenyataan bahwa bahan baku tempe, yaitu kacang kedelai kenyataannya sebagian besar masih diimpor, terutama dari Amerika Serikat.

Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) 2019, impor Indonesia untuk kedelai sebanyak 2,67 juta ton. Kedelai asal AS merupakan porsi terbesar dari impor tersebut yaitu 2,51 juta ton.

Sebenarnya pemerintah dapat melihat sebagai peluang perjanjian bisnis. Misalnya upaya untuk mendapatkan perlakuan khusus ketika mengekspor produk yang berbahan baku AS dimudahkan untuk masuk ke negara tersebut.

Yang jelas, dengan upaya mandiri selama ini tempe telah dikenal di banyak negara. Saat ini tempe sudah dikenal di Eropa, Asia Timur hingga Amerika. **RS

Foto: Shutterstock