Press "Enter" to skip to content

Menulis Tegak Bersambung yang Melelahkan Namun Penting

Pelajaran menulis tegak bersambung mungkin jadi cerita yang cukup melelahkan bagi sekian banyak generasi pelajar di Indonesia. Meski demikian, fungsinya sejauh ini dianggap amat penting bagi tumbuh-kembang anak.

Tradisi menulis tegak bersambung, telah menjadi bagian dari pendidikan sekolah sejak abad ke-14 di Eropa Barat. Teknik ini bermula dari bentuk kaligrafi atau seni menulis indah. Orang terpelajar di zaman itu seringkali dikenali lewat bentuk tulisan tangannya yang khas dan indah.

Bangsa kita mengenal teknik menulis ini sebagai bagian pendidikan sekolah sejak masa kolonial Belanda. Sebelumnya, teknik menulis bersambung atau kursif, juga sudah lumayan banyak digunakan penduduk terpelajar saat menulis sejumlah abjad Nusantara maupun aksara Arab Melayu.

Teknik menulis tegak-bersambung untuk abjad Latin memberi nuansa yang berbeda, karena diperkenalkan secara lebih luas.

Di masa penjajahan Belanda, para pelajar beroleh penekanan khusus untuk menggunakan huruf tegak bersambung saat mulai diajari baca-tulis. Sampai sekitar tahun 1970-an, kebiasaan itu masih merupakan ciri yang menonjol di pendidikan dasar. Tak heran orang tua kita yang bersekolah umumnya punya bentuk tulisan tegak bersambung yang lumayan baik.

Menulis tegak bersambung untuk tingkat pemula biasanya dibantu dengan buku tulis khusus, yang terdiri dari tiga atau lima kolom. Buku ini biasa disebut buku halus-kasar – karena garis di buku tersebut ada yang tebal dan yang tipis.

Tujuan kolom-kolom itu adalah untuk memberi proporsi yang tepat antara huruf kapital dan huruf kecil, juga dalam memosisikan bagian-bagian dari huruf, semisal batas tinggi atau lekukan tertentu.

Meski sudah banyak sekolah yang kini tidak lagi menekankan pentingnya tulisan tangan anak – apalagi sejak teknologi digital semakin massif digunakan – tapi peran belajar menulis tegak bersambung diakui berdampak besar bagi perkembangan saraf motorik halus.

Selain itu, menulis secara tegak bersambung diketahui membuat kita lebih memahami apa yang ditulis dibandingkan dengan menulis model huruf tegak saja.

Ini karena untuk berpikir secara terstruktur, menulis dengan tegak bersambung memberi kontribusi yang memperkuat pemahaman kita pada apa yang ditulis. Membaca huruf tegak bersambung juga akan mengaktifkan bagian otak yang lebih kompleks dari membaca tulisan cetak.

Belum ada penelitian yang dengan detil menunjukkan apa perbedaan cara berpikir orang yang dilatih menulis tegak bersambung secara konsisten dengan yang tidak. Meski kita tahu ada perbedaan struktur berpikir sejak model ini tidak lagi jadi hal yang ditekankan di sekolah, tapi tentu saja ada banyak faktor lain yang mempengaruhinya.

Keunggulan teknik menulis ini, membuat beberapa sekolah dasar, meski sudah sangat modern, masih tetap mempertahankan pelajaran menulis tegak bersambung. **RS

Foto: Drawyourworld.com

Baca juga:  Jangan Banyak Alasan: Ayo Mulai Olahraga di Rumah!