Sudah hampir tiga tahun belakangan Biyem Setyo Utomo tidak lagi rutin berjualan gudeg di warungnya yang bernama Gudeg Mbah Lindu.
Jualan kuliner di wilayah Sosrowijayan, dekat kawasan belanja Malioboro itu, lebih banyak dikerjakan Ratiyah, salah seorang putrinya.
Meski demikian, Mbah Lindu masih tetap mengurus masakan di rumah. Dalam proses pembuatan gudeg tradisional yang memakan waktu hingga berjam-jam, Mbah Lindu masih turut merebus telur lombok dan memastikan setiap bumbu tanak.
Konsistensi Mbah Lindu selama 80 tahun lebih berjualan gudeg sudah santer kemana-mana. Sekaliber pakar kuliner Indonesia, William Wongso menyadari bahwa Mbah Lindu bukan sekedar menghasilkan masakan, tapi nilai, spiritualitas dan sejarah panjang kuliner gudeg.
Dalam dokumenter bertajuk Gudeg Mbah Lindu, garapan Eddie Setiawan tiga tahun lalu, William meyakini tidak ada satu orang pun di dunia ini yang begitu konsisten berjualan makanan tiap hari sekonsisten Mbah Lindu.
Perempuan kelahiran Yogyakarta ini punya andil besar dalam mempertahankan tradisi masakan gudeg. “Orang-orang yang awalnya tidak terlalu suka gudeg pun, jadi begitu ketagihan begitu mencoba gudeg buatan Mbah Lindu,” aku William.
Dalam penuturannya, Mbah Lindu telah memulai berjualan gudeg sejak berusia belasan tahun. Itu berlangsung sekitar tahun 1933, masih di era penjajahan Belanda. Ia selalu berjalan kaki sekitar 5.5 km dari rumahnya di Klembengan ke daerah Sosrowijaya.
Sampai usianya yang ke-97, Mbah Lindu sempat ditanya kapan akan berhenti jualan. Namun perempuan sepuh ini merasa justru akan sakit kalau tidak bekerja. Ia bertekad untuk terus berjualan mencari nafkah untuk keluarga dan menyajikan gudeg terbaik bagi tiap pelanggan.

Itu pula yang dilakoninya saat pagi hari awal bulan ini (6/7), tetap membantu anaknya menyiapkan gudeg, meski usianya kini telah mencapai 100 tahun. Mbah Lindu saat itu dikabarkan sempat terjatuh dan kemudian dirawat beberapa hari di rumah sakit. Namun segera pulih dan beristirahat di rumah.
Siapa sangka petang hari Minggu (12/7) cerita panjang itu harus ditutup, Ibu dari tiga orang anak dan nenek dari enam cucu ini berpulang. Meninggalkan kenangan bagi sekian banyak orang yang telah mengecap kerja kerasnya. **RS
Foto: Img.qraved.co