Press "Enter" to skip to content

Pendidikan Kaum Tertindas

Ada khasanah baru untuk teori pendidikan kritis di era 1970-an. Pelopornya adalah seorang doktor filsafat pendidikan. Ia sukses dengan metode pemberantasan buta huruf, yang juga menguatkan pendidikan politik di kalangan petani Brasil.

Ironisnya, sang guru besar malah terdepak dari negerinya, karena metodenya dinilai subversif oleh rezim yang baru. Buku Pendidikan Kaum Tertindas dianggap sebagai magnum opus, sang guru bernama Paulo Freire itu.

Kritik utama Freire adalah pada metode pendidikan penindas yang disebutnya sebagai model pendidikan “gaya bank”. Metode yang hanya menjejali naradidik dengan bahan hafalan. Freire juga menggarisbawahi pendidikan “hadap masalah” sebagai jawaban kritiknya atas pendidikan “gaya bank” tadi. Dua hal ini menjadi dasar konseptual yang selalu ia praktikkan.

Buku ini memang agak sulit untuk dicerna, karena pengalimatan dan kecenderungan untuk berefleksi mendalam. Meski demikian, penyelaman atas ide-ide Freire akan memberi inspirasi yang sangat besar.

Karya ini memang cukup klasik, pertama kali terbit dalam Bahasa Portugis di tahun 1970. Namun, pembahasan soal bagaimana pendidikan yang membebaskan memang akan selalu bernas.

Dalam empat bab bahasan, penyelaman tentang hakikat penindasan dan model pendidikan yang menindas, lalu model dialog versus model anti dialog adalah hasil kesatuan sinambung antara aksi Freire di dunia pendidikan dan refleksinya akan dunia.

LP3ES menerbitkan buku ini di masa Orde Baru yang sebenarnya agak anti terhadap ide berbau kiri. Tak hanya menerjemahkan, penerbit juga memperkaya buku dengan menyertakan uraian Romo F. Danuwinata sebagai prawacana dan terjemahan pengantar edisi Bahasa Inggris dari Richard Shaull. Hal yang sangat membantu untuk mengantar pembaca yang baru mau berkenalan dengan ide-ide Freire.

Kelemahan yang boleh dijadikan catatan terkait buku ini mungkin adalah simpati Freire yang agak berlebihan terhadap tokoh-tokoh revolusioner kiri. Beberapa kali Freire mengutip dengan takzim Che, Mao dan Lenin, namun tanpa menyinggung sisi buruk pergerakan mereka. Hal yang tentu agak mengganggu bagi pembaca yang kurang simpatik pada gerakan sosialis.

Baca juga:  Membangkitkan Wirausahawan Muda, Lewat Maranatha Entrepreneurship Day

Tapi, sedari awal Freire sudah mengajak agar semua kalangan yang menganggap diri pendukung kemajuan dan kesetaraan, mau bersabar untuk terlibat dalam penyelaman ide pendidikan yang membebaskan ini, kemudian mengkritisinya. Dari sana, lalu merumuskan hal yang hakiki dalam pendidikan yang membebaskan.

Di sinilah teori pendidikan kritis, tidak berhenti jadi sebuah teori yang dibaca untuk dikagumi atau dibenci. Ia mewujud menjadi praksis pendidikan yang membebaskan. **RS

Judul Buku: Pendidikan Kaum Tertindas
Penulis: Paulo Freire
Penerjemah: Tim Redaksi Asosiasi Pemandu Latihan LP3ES
Penyunting Terjemahan: Imam Ahmad Penerbit: LP3ES

Foto: tokopedia