Tuntas sudah seluruh proses melepas kepergian Glenn Fredly. Kamis siang (9/4) jenazah penyanyi 44 tahun ini dimakamkan di TPU Tanah Kusir. Meski yang hadir terbilang terbatas, banyak orang yang tetap menyampaikan ungkapan belasungkawanya lewat berbagai cara.
Beragam testimoni di media sosial adalah ungkapan hati dari sekian banyak orang yang merasa kehilangan. Jika menilik testimoni yang ada, kita melihat betapa Glenn ternyata bisa menyentuh hati hampir semua orang.
Kenapa Glenn begitu bisa masuk ke semua? Umumnya mengaku karena pria pelantun hits Januari ini adalah pribadi yang begitu rendah hati dan terbuka.
Salah satu kisah yang banyak dibagikan adalah bagaimana tahun 2009 Glenn pertama kali bertemu legenda musik berdarah Maluku, Franky Sahilatua. Saat itu Glenn sudah terkenal, tapi ia sangat kikuk bertemu sang maestro idolanya.
Glenn sempat menceritakan rencananya mencari bakat musik baru di Ambon untuk diorbitkan di Jakarta, sesuatu yang disebutnya “ikut membangun Maluku.”
Franky hanya berkomentar pendek. Namun dalam hati ia kesal dengan kenaifan Glenn, yang seolah mau jadi superhero bagi Maluku. Sang maestro lalu mengungkapkan kekesalan itu pada rekan musisi yang juga asal Maluku, Georgie Leiwakabessy.
Georgie menyampaikannya pada Glenn via telepon. Malam itu juga Glenn langsung menjumpai Franky di rumahnya. Minta maaf serta memohon saran perbaikan.
Tanpa kerendahan hati dan keterbukaan, rasanya mustahil marahnya Franky itu menjadi hal bertuah. Karena ikut saran itulah Glenn tidak hanya sekedar menjadi pencari bakat, tapi membangun kolaborasi panjang dengan seniman dan masyarakat Maluku.
Kita belakangan tahu, sejumlah album hip-hop Maluku, konser Beta Maluku, film Cahaya dari Timur hingga dibukanya Pusat Kajian Musik Islami di IAIN Ambon adalah buah dari kerjasama itu.
Tapi, ini bukan hanya terjadi karena kebesaran sosok Franky atau karena kedekatan sesama Maluku. Glenn memang dikenal selalu ramah dan mau mendengar, hampir untuk semua orang yang ditemui.
Pemerhati sejarah Benny Rusmawan, orang yang bahkan tidak punya interaksi pribadi dengan Glenn, punya kesan tersendiri atas penyanyi ini.
“Waktu itu, tahun 1998, saya masih suka nonton gratisan di Friday Jazz Night di Ancol, sering berdiri paling depan. Pas Glenn akan mengisi panggung, pembawa acara memanggil namanya: ‘Glenn’ dan saya langsung plesetkan jadi ‘gelendotan,‘” kenangnya.
Mendengar namanya jadi bahan ledekan, Glenn tidak marah, ia tertawa senang bahkan menyapa dan menyalami Benny dari atas panggung. “Sangat berkesan, itu pengalaman yang tidak terlupakan buat saya, walau cuma sekali itu ketemu,” aku Benny.
Jadi, bukan hal mengherankan jika pribadi tulus seperti Glenn rasanya dimiliki oleh semua. Simak saja semua testimoni yang melepas kepergiannya.
Orang-orang dari berbagai latar profesi, lintas agama, macam budaya, bahkan tak jarang merupakan orang-orang yang berseberangan pandangan, semua merasa sangat kehilangan sosok bersahaja ini. **RS
Foto: Instagram/billboard_ina